PHARMACY OF COMMUNITY

PHARMACY OF COMMUNITY
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI INDONESIA (STIFI) BHAKTI PERTIWI PALEMBANG

Senin, 04 Agustus 2014

FILSAFAT FARMASI ILMU PENGETAHUA



OLEH:
ZULVA ARRASYIED


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang
Ilmu adalah susunan sistematik berdasarkan kaidah normatif tertentu terhadap keterampilan,pengertian,pemahaman ataupun pengetahuan. The Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya,dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin diketahui manusia. Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap (evolutif). Oleh karena itu, untuk memahami strategi pengembangan ilmu kita perlu mengetahui secara global sejarah perkembangan ilmu karena melalui sejarah perkembangan ilmu,kita dapat memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu, tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Bidangfilsafatlah yang mampumengatasihaltersebut. Hal inisenadadenganpendapat Immanuel Kantyang menyatakanbahwafilsafatmerupakandisiplinilmu yang mampumenunjukkanbatas-batasdanruanglingkuppengetahuanmanusiasecaratepat.FilsafatilmusebagaicabangfilsafatmenempatkanobjeksasarannyaIlmu (Pengetahuan).
Bidanggarapanfilsafatilmuterutamadiarahkanpadakomponen-komponen yang menjaditiangpenyanggabagieksistensiilmuyaituontologi, epistemologidanaksiologi.Interaksiantarailmudanfilsafatmengandungartibahwafilsafatdewasainitidakdapatberkembangdenganbaikjikaterpisahdariilmu.Ilmutidakdapattumbuhdenganbaiktanpakritikdarifilsafat.
1.2  RumusanMasalah
1.  Apa pengertian ilmu?
2.  Apa saja objek ilmu pengetahuan?
3.  Apa saja hakikat ilmu pengetahuan?
4.  Apa saja syarat-syarat ilmu?
5.  Apa saja sumber-sumber ilmu?
1.3 Tujuan
1.  Untuk mengetahui dan memahami pengertian ilmu
2.  Untuk mengetahui objek ilmu
3.  Untuk mengetahui hakikat imu pengetahuan
4.  Untuk mengetahui syarat-syarat ilmu
5.  Untuk mengetahui asal dari sumber ilmu


BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari kata ”alima”(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu pengetahuan yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu empirical, rasional, yang umum dan bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.
Mohamad hatta menuliskan”Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiat maupun kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam”. Prof. Drs Harsojo, Guru besar antropologi di Universitas Pajajaran menerangkan bahwa ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati, oleh pancaindra. Suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proporsi bentuk. Ilmu adalah hal-hal yang diketahui (keseluruhan dari kebenaran-kebenaran yang terkait antara satu dengan yang lainnya secara sistematis. Ilmu menurut Ralp Ross ”science empirical , rational, general and cumulative and is all four once yang berarti ilmu itu empiris , rasional, umum dan bertimbun bersusun dan semuanya serentak.
Bagi ilmu tidak cukup perenungan dan pencaman (pendalaman berfikir saja) melainkan mesti berkembang melalui pencerapan indraan dan pengindraan (sensasion), pengumpulan dan perbandingan data, penilaian jumlah berupa perhitungan,penimbangan , pengukuran , meningkat dari data tentang hal-hal khusus pada yang khusus (deduksi), menarik kias analogi antara peristiwa yang ada kesamaannya serta berfikir dengan menarik kesimpulan yang logical, yang dapat dipertanggung jawabkan oleh logika.
Pengujian berupa pengalaman positif (verification) secara empiris. Ujian ini disebut percobaan (experiment). Percobaan harus bersifat obyektif yakni menghasilkan kesimpulan yang sama, meskipun dilakukan oleh berbagai kalangan. Praduga (hipotesis) hanyalah titik tolak pertama yang mesti diubah dan diganti jika ternyata ada kekurangannya atau salah. Berdasarkan ujian yang keras dari pengalaman, setelah dinyatakan kebenarannya yang obyektif barulah sesuatu itu disebut dalil (proposition) dan kumpulan dalil itu disebut teori.
2.1.1 Perbedaan Antara Pengetahuan Ilmiah Dan Non Ilmiah
Ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1.     Ilmu pengetahuan (ilmu yang ilmiah) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah.Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja ataupun metode ilmiah.
2.     Ilmu Non pengetahuan adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara sistematik terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di alam pikiran manusia secara deduktif dan analitik. Misalnya kebatinan, bela diri, matematika, dan lain-lain.
2.2Objek ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method),dan sistem tertentu.Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa bentuk (objek formal). Objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,pemikiran, atau penelitian keilmuan bisa berupa benda-benda material maupun yang nonmaterial,bisa pula berupa hal-hal,masalah-masalah,ide-ide dan konsep-konsep.
1.      Objekmaterial:seluruhlapanganataubahan yang dijadikanobjekpenyelidikansuatuilmu.
2.      Objek formal:objekmaterial yang disorotiolehsuatuilmu, sehinggamembedakanilmusatudenganilmulainnya,jikaberobjek material sama. Padagarisbesarnya, objekilmupengetahuan ialahalamdanmanusia.
Dari keterangan  diatas dapat dipahami bahwa menurut objek formalnya, ilmu pengetahuan itu justru berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam), karena pendekatan yang dilakukan menurut segi yang fisis. Ada pula yang tergolong ilmu pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan sosial dan humaniora serta ilmu pengetahuan Ketuhanan), karena pendekatannya menurut segi kejiwaan. Golongan pertama termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif, sedangkan golongan kedua merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kualitatif.


2.3  Hakikat Ilmu Pengetahuan
            Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu subjek yang ingin diketahuinya. Pada hakikatnya, manusia memahami secara sederhana apa itu pengetahuan namun yang menjadi masalahnya tidak semua manusia dapat mendefinisikan dengan baik pengetahuan ilmu pengetahuan itu. Karena sebenarnya, pengetahuan itu timbul karena manusianya sendiri yang mencari tahu. Ilmu kadang memiliki makna sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang setelah ia mempelajarinya, sementara pengetahuan adalah apa yang diketahuinya.
            Hakikat pengetahuan menurut aliran yang berkembang yakni:
a.       Idealisme
Para penganut aliran idealism berpandangan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental dan psikologis yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, pengetahuan tidak lain merupakan gambaran subyektif tentang suatu kenyataan. Menurut mereka, pengetahuan tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kenyataan yang berada di luar pikiran manusia.
b.      Empirisme
Tentang asal-usul pengetahua para penganut aliran ini mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indra. Tentang hakikat pengetahuan, mereka mengatakan bahwa pengetahuan adlah pengalaman. Seorang tokoh empirisme radikal adalah David Hume. Dia berpendapat bahwa ide-ide dapat dikembalikan kepada sensasi-sensasi (rangsang indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan. Apa yang dialami, itulah pengetahuan.
c.       Positivisme
Kalau idealism dapat dianggap sebagai kelanjutan dari rasionalisme, maka positivime merupakan perpanjangan dari empirisme. Para penganut aliran ini menolak kenyataan di luar pengalaman. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan yang berdasarkan dogma harus digantikan pengetahuan yang berdasarkan fakta.
d.      Pragtisme
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Willian James, John Dewey, dan C.S. Pierce. Menurut aliran ini, hakikat pengetahuan terletak dalam manfaat praktisnya bagi kehidupan. Pengetahuan adalah sarana bagi perbuatan. C.S. Pierce mengatakan bahwa yang penting adalah pengaruh sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah rencana. Nilai sebuah pengetahuan tergantung pada penerapannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat. Suatu pengetahuan itu benar bukan karena ia mencerminkan kenyataan obyektif, melainkan karena ia bermanfaat bagi umum. Menurut William James, ukuran kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya. Sedangkan John Dewey menegaskan tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, tapi sejauh mana pengetahuan memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat.
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya.
2.4 Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiahsesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
·      Objektif.
 Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
·      Metodis 
Adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
·      Sistematis.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
·      Universal.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
2.5 Sumber ilmu pengetahuan
Dalam hal ini ada beberapa pendapat mengenai sumber ilmu pengetahuan diantaranya:
  1. Empirisme
Kata ini berasal dari Yunani Empirikos, yang artinya pengalaman. Menrut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya dan bila dikembalikan kepada kata Yunani, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman indrawi.
  1. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal.Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkrit.


  1. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak. Menurut beliau, mengatasi sifatlahiriah pengetahuan simbolis pada dasarnya bersifat analis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu penggambaran secara simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika
  1. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para nabi. Para nabi memperoleh dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah. Pengeahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan. Tuhan mensucikan jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran  pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan ini memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal ini memang diluar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.  


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
a.       Ilmu berasal dari kata ”alima”(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti pengetahuan. Scienceberasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya tahu).
b.      Objek ilmu pengetahuan meliputi objek material dan objek formal
c.       Hakekat ilmu pengetahuan terdiri dari idealisme, empirisme, positivme, dan pragtisme
d.      Syarat-syarat pengetahuan meliputi objekif, metodis, sisteatis, dan universal.
e.       Sumber ilmu pengetahuan diantaranya empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
3.2  Saran
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu, sebaiknya anda menambah ilmu pengetahuan supaya mendapat wawasan yang lebih luas. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai macam sumber.


DAFTAR PUSTAKA
B. AriefSidharta. 2008.ApakahFilsafatdanFilsafatIlmuItu?. Bandung: Pustaka Sutra
Wahid, Ramli Abdul.1996. UlumulQu'ran. Jakarta: Grafindo.
Vardiansyah, Dani. 2008. FilsafatIlmuKomunikasi: SuatuPengantar. Jakarta: Indeks