OLEH:
ZULVA ARRASYIED
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Ilmu adalah susunan sistematik berdasarkan kaidah normatif tertentu
terhadap keterampilan,pengertian,pemahaman ataupun pengetahuan. The Liang Gie
memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktifitas penelaahan yang mencari
penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris
mengenai dunia ini dalam berbagai seginya,dan keseluruhan pengetahuan
sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin diketahui manusia. Ilmu
pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang
berlangsung secara bertahap (evolutif). Oleh karena itu, untuk memahami strategi pengembangan ilmu kita perlu
mengetahui secara global sejarah perkembangan ilmu karena melalui sejarah
perkembangan ilmu,kita dapat memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya
ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan
baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu, tepatlah apa yang dikemukakan oleh
Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat
benar-tidaknya dapat ditentukan.
Implikasi
yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu
yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta
semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
terapan
atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta
mewadahi
perbedaan yang muncul. Bidangfilsafatlah yang mampumengatasihaltersebut.
Hal
inisenadadenganpendapat Immanuel Kantyang
menyatakanbahwafilsafatmerupakandisiplinilmu
yang
mampumenunjukkanbatas-batasdanruanglingkuppengetahuanmanusiasecaratepat.FilsafatilmusebagaicabangfilsafatmenempatkanobjeksasarannyaIlmu
(Pengetahuan).
Bidanggarapanfilsafatilmuterutamadiarahkanpadakomponen-komponen
yang menjaditiangpenyanggabagieksistensiilmuyaituontologi,
epistemologidanaksiologi.Interaksiantarailmudanfilsafatmengandungartibahwafilsafatdewasainitidakdapatberkembangdenganbaikjikaterpisahdariilmu.Ilmutidakdapattumbuhdenganbaiktanpakritikdarifilsafat.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian ilmu?
2. Apa saja objek ilmu pengetahuan?
3. Apa saja hakikat ilmu pengetahuan?
4. Apa saja syarat-syarat ilmu?
5. Apa saja sumber-sumber ilmu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian ilmu
2. Untuk mengetahui objek ilmu
3. Untuk
mengetahui hakikat imu pengetahuan
4. Untuk
mengetahui syarat-syarat ilmu
5. Untuk mengetahui asal dari sumber ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari kata ”alima”(bahasa
arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti
pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang
artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama
yaitu pengetahuan yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag
menulis bahwa ilmu itu empirical, rasional, yang umum dan bertimbun bersusun
dan ke empatnya serentak.
Mohamad hatta menuliskan”Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiat maupun kedudukannya
tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam”. Prof. Drs Harsojo,
Guru besar antropologi di Universitas Pajajaran menerangkan bahwa ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan
waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati, oleh pancaindra. Suatu cara
menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proporsi bentuk. Ilmu adalah hal-hal yang diketahui (keseluruhan dari
kebenaran-kebenaran yang terkait antara satu dengan yang lainnya secara
sistematis. Ilmu menurut Ralp Ross ”science empirical , rational, general
and cumulative and is all four once” yang berarti ilmu itu
empiris , rasional, umum dan bertimbun bersusun dan semuanya serentak.
Bagi ilmu tidak cukup perenungan dan pencaman (pendalaman berfikir saja)
melainkan mesti berkembang melalui pencerapan indraan dan pengindraan
(sensasion), pengumpulan dan perbandingan data, penilaian jumlah berupa
perhitungan,penimbangan , pengukuran , meningkat dari data tentang hal-hal
khusus pada yang khusus (deduksi), menarik kias analogi antara peristiwa yang
ada kesamaannya serta berfikir dengan menarik kesimpulan yang logical, yang
dapat dipertanggung jawabkan oleh logika.
Pengujian berupa pengalaman positif (verification) secara empiris. Ujian
ini disebut percobaan (experiment). Percobaan harus bersifat obyektif yakni
menghasilkan kesimpulan yang sama, meskipun dilakukan oleh berbagai kalangan.
Praduga (hipotesis) hanyalah titik tolak pertama yang mesti diubah dan diganti
jika ternyata ada kekurangannya atau salah. Berdasarkan ujian yang keras dari
pengalaman, setelah dinyatakan kebenarannya yang obyektif barulah sesuatu itu
disebut dalil (proposition) dan kumpulan dalil itu disebut teori.
2.1.1 Perbedaan Antara Pengetahuan
Ilmiah Dan Non Ilmiah
Ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1. Ilmu
pengetahuan (ilmu yang ilmiah) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia
secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah.Pengetahuan ilmiah adalah
jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung jawabkan kebenarannya secara
ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja ataupun metode ilmiah.
2. Ilmu
Non pengetahuan adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara sistematik
terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di alam pikiran manusia
secara deduktif dan analitik. Misalnya kebatinan, bela diri, matematika, dan
lain-lain.
2.2Objek ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai kebenaran
ilmiah tentang objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara
pandang (approach), metode (method),dan sistem tertentu.Objek ilmu pengetahuan
itu ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa bentuk (objek
formal). Objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,pemikiran,
atau penelitian keilmuan bisa berupa benda-benda material maupun yang
nonmaterial,bisa pula berupa hal-hal,masalah-masalah,ide-ide dan konsep-konsep.
1. Objekmaterial:seluruhlapanganataubahan
yang dijadikanobjekpenyelidikansuatuilmu.
2. Objek formal:objekmaterial yang disorotiolehsuatuilmu,
sehinggamembedakanilmusatudenganilmulainnya,jikaberobjek material sama. Padagarisbesarnya,
objekilmupengetahuan ialahalamdanmanusia.
Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa menurut objek formalnya,
ilmu pengetahuan itu justru berbeda-beda dan banyak jenis serta sifatnya. Ada
yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu pengetahuan alam), karena
pendekatan yang dilakukan menurut segi yang fisis. Ada pula yang tergolong ilmu
pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan sosial dan humaniora serta ilmu
pengetahuan Ketuhanan), karena pendekatannya menurut segi kejiwaan. Golongan
pertama termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif, sedangkan golongan
kedua merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kualitatif.
2.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu subjek yang ingin
diketahuinya. Pada hakikatnya, manusia memahami secara sederhana apa itu
pengetahuan namun yang menjadi masalahnya tidak semua manusia dapat
mendefinisikan dengan baik pengetahuan ilmu pengetahuan itu. Karena sebenarnya,
pengetahuan itu timbul karena manusianya sendiri yang mencari tahu. Ilmu kadang
memiliki makna sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang setelah ia
mempelajarinya, sementara pengetahuan adalah apa yang diketahuinya.
Hakikat
pengetahuan menurut aliran yang berkembang yakni:
a. Idealisme
Para
penganut aliran idealism berpandangan bahwa pengetahuan adalah proses-proses
mental dan psikologis yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, pengetahuan
tidak lain merupakan gambaran subyektif tentang suatu kenyataan. Menurut mereka,
pengetahuan tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kenyataan yang berada
di luar pikiran manusia.
b. Empirisme
Tentang
asal-usul pengetahua para penganut aliran ini mengatakan bahwa pengetahuan
berasal dari pengalaman indra. Tentang hakikat pengetahuan, mereka mengatakan
bahwa pengetahuan adlah pengalaman. Seorang tokoh empirisme radikal adalah
David Hume. Dia berpendapat bahwa ide-ide dapat dikembalikan kepada
sensasi-sensasi (rangsang indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan.
Apa yang dialami, itulah pengetahuan.
c. Positivisme
Kalau
idealism dapat dianggap sebagai kelanjutan dari rasionalisme, maka positivime
merupakan perpanjangan dari empirisme. Para penganut aliran ini menolak
kenyataan di luar pengalaman. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan yang
berdasarkan dogma harus digantikan pengetahuan yang berdasarkan fakta.
d. Pragtisme
Tokoh-tokoh
aliran ini antara lain Willian James, John Dewey, dan C.S. Pierce. Menurut
aliran ini, hakikat pengetahuan terletak dalam manfaat praktisnya bagi
kehidupan. Pengetahuan adalah sarana bagi perbuatan. C.S. Pierce mengatakan
bahwa yang penting adalah pengaruh sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah
rencana. Nilai sebuah pengetahuan tergantung pada penerapannya secara konkrit
dalam kehidupan masyarakat. Suatu pengetahuan itu benar bukan karena ia
mencerminkan kenyataan obyektif, melainkan karena ia bermanfaat bagi umum.
Menurut William James, ukuran kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya.
Sedangkan John Dewey menegaskan tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu
pengetahuan, tapi sejauh mana pengetahuan memecahkan persoalan yang dihadapi
masyarakat.
Masalah terjadinya pengetahuan
adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap
terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham
filsafatnya.
2.4
Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu
dan mengapa. Ada persyaratan ilmiahsesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
Ilmu harus memiliki objek
kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga
disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
Adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan
yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat
ilmu yang ketiga.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.
2.5 Sumber ilmu pengetahuan
Dalam hal ini ada beberapa pendapat mengenai sumber ilmu pengetahuan
diantaranya:
- Empirisme
Kata ini berasal dari Yunani Empirikos, yang artinya pengalaman.
Menrut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya dan bila
dikembalikan kepada kata Yunani, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman
indrawi.
- Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep
tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal.Yang dimaksud
dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkrit.
- Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha.
Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang
mutlak. Menurut beliau, mengatasi sifatlahiriah pengetahuan simbolis pada
dasarnya bersifat analis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu penggambaran
secara simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika
- Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para nabi. Para nabi memperoleh dari Tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah. Pengeahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan. Tuhan mensucikan
jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah
yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa
kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan ini
memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal ini
memang diluar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali
menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan
di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
a.
Ilmu berasal dari kata ”alima”(bahasa
arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara etimologis berarti
pengetahuan. Scienceberasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya
tahu).
b.
Objek ilmu pengetahuan meliputi objek material
dan objek formal
c.
Hakekat ilmu pengetahuan terdiri dari
idealisme, empirisme, positivme, dan pragtisme
d.
Syarat-syarat pengetahuan meliputi objekif,
metodis, sisteatis, dan universal.
e.
Sumber ilmu pengetahuan diantaranya empirisme,
rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
3.2
Saran
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya
ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan
baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu, sebaiknya anda menambah ilmu
pengetahuan supaya mendapat wawasan yang lebih luas. Ilmu pengetahuan dapat
diperoleh dari berbagai macam sumber.
DAFTAR PUSTAKA
“____”.2012. Definisi
Ilmu Pengetahuan.(http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengetahuan&fp=7e99b3a5df14a093).Diakses tanggal 1 Desember 2012