OLEH
ZULVA ARRASYIED
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………….. i
DAFTAR
ISI ………………………………………………..
ii
BAB
I : PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
BAB
II: PEMBAHASAN ……………………………………………….. 3
2.1. Pengertian Ekologi Mikroorganisme
…………………………... 3
2.2. Pengaruh Atmosfir dan Air
Terhadap
Industri Farmasi ……………………………………………….. 5
2.3. Perpindahan Mikroorganisme ……………………………….. 11
BAB
III: PENUTUP ………………………………………………..
14
3.1. Kesimpulan ……………………………………………….. 14
3.2. Saran ……………………………………………….. 14
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………..
15
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mikrobiologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat
mikroskopik. Mikrobiologi farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
peranan serta kehidupan mikroorganisme dalam bidang farmasi.
Kualitas
mikrobiologi dari suatu produk-produk farmasi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dimana produk-produk farmasi tersebut dibuat dan juga bahan-bahan
yang digunakan dalam pembutannya, kecuali sediaan yang telah disterilkan pada
pengisian terakhir. Mikroflora pada produk akhir tersebut dapat menunjukkan
asal pencemara dari bahan-bahan yang digunakan, peralatan, atmosfir, para
pekerja atau personalia atau, wadah yang membungkusnya (kemasan).
Beberapa kontaminan dapat bersifat patogen terhadap yang lainnya, dan
dapat tumbuh, bersama-sama dengan pengawet dan akhirnya dapat
merusak produk-produk tersebut. Beberapa mikroorganisme, dapat dimatikan
dengan cara-cara sterilisasi seperti cara pemanasan , tetapi masih tetap juga
meninggalkan sisa-sisa berupa pirogen atau sisa-sisa sel yang bersifat
toksis, karena pecahan-pecahan pirogen berupa lipid A yang berada dalam
dinding sel, tidak dihancurkan pada kondisi yang sama pada setiap
mikroorganisme.
`1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini
yaitu:
1.
Pengertian ekologi mikroorganisme
2.
Bagai mana pengaruh atmosfer dan air
terhadap industri farmasi
3.
Bagaimana perpindahan mikroorganisme
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dilakukannya penulisan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Mikrobiologi Farmasi
Universitas Indonesia Timur Makassar, antara lain:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari ekologi mikroorganisme
2. Untuk
mengetahui pengaruh atmosfer dan air terhadap industry farmasi
3. Untuk
mengetahui perpindahan mikroorganisme
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ekologi Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba (jasad renik) terdapat
dimana-mana dan disekitar kita. Mereka menghuni tanah, air dan atmosfer planet
kita. Adanya mikroorganisme di planet lain diluar bumi telah kita selidiki,
namun ssejauh ini diluar angkasa-dalam (deep-space probes) belum menampakkan
adanya mikroorganisme luar bumi.
Studi tentang mikroorganisme dilingkungan alamiahnya
disebut juga ekologi mikroba. Ekologi
merupakan bagian dari biologi yang berhubungan dengan studi mengenai hubungan
organisme dengan lingkungannya.Penghuni suatu lingkungan tertentu dipandang
sebagai bagian suatu system ekologi atau ekosistem. Ekosistem yang paling besar
ialah planet bumi atau disebut juga dengan biosfer.
Ekosistem merupakan sistem yang dinamis suatu
kenyataan yang menjadi jelas bila kita mengenali adanya populasi yang
sedemikian besar dengan keanekaragaman organism yang juga besar. Adanya
keprihatinan yang besar di antara masyarakat akan kualitas lingkungan telah
membantu dicurahkannya minat yang kian besar untuk mempelajari mengenai ekologi
mikroba. Sebagai contoh, mikroorganisme memegang peranan yang menentukan dalam
menguraikan sampah yang berasal dari manusia dan industry yang dibuang kedalam
air atau tanah , mereka mampu melaksanakan daur ulang terhadap banyak macam
bahan. Kualitas produktivitas perairan alamiah saling berkaitan, terutama
dengan populasi mikrobanya. Udara yang bersih serta bebas debu mengandung
relatif sedikit mikroorganisme. Dengan demikian nyatalah bagi kita bahwa penilaiaan
terhadap kualitas suatu lingkungan mempunyai kaitan yang rumit dengan flora
mikroba yang ada.
Beberapa ciri ekosistem mikroba:
a. Keaneka
Ragaman Spesies Mikroba
Mikroorganisme
dalam lingkungan alamiahnya jarang terdapat sebgai biakan murni. Berbagai
specimen tanah atau air boleh jadi mengandung berbagai macam spesies cendawan, protozoa, alaga, bakteri dan virus. Karena itu konsep kultur murni
harus dinilai kembali dalam penelaan ekosistem mikroba. Teknik-teknik biakan
murnidiperlukan untuk dapat mengidentifikasi berbagai spesies dalam suatu
habitat tertentu. Namun transformasi kimiawi yang diwujudkan oleh
mikroorganisme ini tidak dapat ditentukan hanya dengan semata-mata menghimpun
sifat-sifat biokimiawi setiap spesies sebagaimana ditentukan dalam biakan
murni. Dipandang dari segi ekositem mikroba alamiah , biakan murni merupakan
suatu keadaan artificial (bukan wujud atau bentuk alami).
b. Dinamika
Populasi
Setiap
spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik didalam lingkungannya hanya
selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan untuk mempertahankan
dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimiawi, seperti misalnya habisnya
nutrient atau terjadinya perubahan radikal dalam hal suhu atau pH, yang membuat
kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organism yang
telah teradaptasidengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa
menyerahkan tempatnya kepada organisme yang telah teradaptasi dengan baik
didalam kondisi yang baru itu. Dengan demikian faktor-faktor lingkungan
memiliki pengaruh selektif , artinya memilih-populasi mikroba.
c. Adaptasi
dan Mutasi
Bertahan hidupnya suatu spesies dan
kelangsungan pertumbuhannya di dalam komunitas biologis membutuhkan suatu
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan lingkungan. .
adaptasi fenotipik merupakan respons mikroorganisme terhadap perubahan terbatas
yang bersifat sementara. Misalnya banyak spesies mikroorganisme dapat tumbuh
dalam selang waktu yang luas. Namun aktivitas metaboliknya tidak selalu sama
pada suhu-suhu ekstrim di dalam selang tersebut. Kemampuan adaptasi ini
terletak di dalam batas-batas genotip mikroorganisme yang bersangkutan.
Perubahan genotipik mengakibatkan mutasi. Mutan yang dihasilkan merupakan
organism yang telah berubah secara permanen. Apabila mutan tersebut mampu hidup
dengan baik di dalam lingkungan maka akan berkembang biak.
d. Hubungan Antar-Mikroba dalam Ekosistem
Mikroorganisme
yang menghuni suatu ekosistem memperlihatkan berbagai macam tipe asosiasi dan
interaksi di antara spesies. Beberapa diantaranya bersifat netral (artinya
spesies-spesies yang bersangkutanr tidak terpengaruh). Beberapa bersifat
menguntungkan atau positif bagi satu anggota atau lebih., yang lainnya bersifat
merugikan.
2.2 Pengaruh Atmosfir dan Air
Terhadap Industri Farmasi
2.2.1 Mikroorganisme Atmosfir
Atmosfer
atau udara sebenarnya bukan merupakan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan
dan reproduksi mikroorganisme kalau tidak mengandung sejumlah air dan zat-zat
nutrisi yang dibutuhkan untuk suatu mikroorganisme tumbuh. Walaupun setiap
contoh udara tetap mengandung sejumlah mikroorganisme seperti bakteri , tetapi
untuk mempertahankan hidupnya , mereka harus bertahan dalam keadaan kering.
Jenis
mikroorganisme yang umum terdapat dalam udara adalah bentuk-bentuk spora dan
bakteri. Jumlah mikroorganisme pada pada atmosfir atau udara tergantung pada
aktivitas sekitar dan debu yang terdapat dalam udara tersebut. Pada
tempat-tempat dimana mesin-mesin sedang bekerja dan para pekerja sedang bekerja
akan mempunyai total mikroorganisme yang tinggi disbanding tempat-tempat yang tidak ada kegiatan.
Disamping itu jumlah udara dalam udara pada suatu tempat juga dipengaruhi oleh
kelembapan. Atmosfir yang basah atau beruap biasanya mengandung mikroorganisme
yang sedikit dibandingkan dengan atmosfir yang kering, salah satu alasannya
karena kontaminan tersebut terbawa turun oleh titik uap air. Maka penyimpanan
pada keadaan dingin biasanya jumlah mikroorganismenya sedikit dan pada umumnya
pada musim dingin yang basah udara tidak terkontaminasi dibandingkan dengan
udara pada keadaan panas dan kering.
Mikroorganisme
yang terbawa dalam suspensi udara menempati partikel debu , bahan pakaian, titik
air, air liur yang memercik pada saat berbicara, batuk atau bersin. Ukuran
partikel-partikel dimana mikroorganisme terikat dan kelembaban udara yang
sangat menentukan kecepatan turunnya dari udara . kecepatan penurunannya tergantung
pada aliran udara yang disebabkan oleh ventilasi udara, system penyaringan
udara, kebiasaan aliran diatas sumber panas dan tingkat aktivitas didalam
ruangan tersebut.
Kadar
mikroorganisme dalam udara dapat bertambah selama pengolahan bahan seperti
pembagian, pencampuran dan saat penambahan dalam pembuatan dalam suatu produk.
Penggunaan bahan seperti pati dan gula pada keadaan kering dapat meningkatkan
jumlah fungi (kapang dan khamir) atau jamur. Beberapa bagian dari pengemasan
misalnya karton-karton dan kardus-kardus dapat mengandung bakteri.
a. Penurunan
Jumlah Mikroorganisme
Jumlah
mikroorganisme dalam udara dapat diturunkan dengan berbagai cara antara lain :
dengan cara filtrasi, desinfeksi kimia dan dengan penyinaran ultra violet.
Filtrasi adalah metode yang paling sering digunakan dan filter-filter dapat
dibuat dalam suatu jenis bahan berupa selulosa, glass wool, campuran, fibre
glass, atau bahan pengikat akrilat. Penyaringan uara dapat digunakan untuk
membersihkan suatu ruangan secara sempurana atu dapat membatasi suatu areal
atau daerah yang khusus dan dalam hal ini dapat digabungkan dengan prinsip
laminar, yang memungkinkan pekerjaan untuk mengeluarkannya dalam arus lemah dari udara steril. Arah aliran dapat
horizontal atau vertical, tergantung dari jenis peralatan yang digunakan, jenis
pengoperasiannya dan jenis bahan yang ditangani. Mengukur alirn udara sangat
penting untuk memonitor kecepatan aliran yang baik dari unit-unit aliran
laminar dan dalam jajaran yang lengkap untuk menjamin bahwa tekanan positif
dari daerah yang bersih kedaerah yang kurang bersih selalu terjaga.
Keutuhan
sistem penyaringan udara harus selalu diperiksa secara rutin . salah satu
metode yang sering digunaka adalah menghitung jumlah partikulat baik. Untuk
system yang mempunyai saluran yang kompleks atau pada saringan-saringan yang
telah dilepas , pengujian asap dari bahan kimia seperti Droctylphtalate (DOP)
menggunakan kipas angin dan dimonotor terhadap tiap autelet. Uji tersebut
berfungsi ganda, karena dapat digunakan untuk memeriksa pusat saringan juga
kebocoran-kebocoran yang terjadi pada saluran penyaring .
Desinfektan
(bahan kimia) penggunaannya sangat terbatas dalam sterilisasi udara, hal ini
disebabkan karena dapat menyebabkan iritasi pada saat disemprotkan, meskipun
demikian , masih banyak memberikan hasil yang memuaskan.
b. Udara
Bertekanan
Udara
yang bertekanan banyak digunakan dalam memproduksi produk-produk industry
farmasi, beberapa contoh penggunaannya adalah dalam produk serbuk dan suspensi
, dimana udara bertekanan dilengkapi dengan aerasi dan sebagai salah satu cara
untuk mereduksi ukuran partikel melalui tumbukan-tumbukan. Apabila tidak
dibebas hamakan,dengan cara panas dan filtrasi, maka mikroorganisme dapat
tumbuh dalam produk. Kandungan mikroorganisme dari sterilisasi dengan udara
bertekanan dapat digunakan dengan cara sebagai berikut:
Sejumlah
dilewatkan pada medium Nutrien Broth, kemudian disaring dengan melalui membran
dan diinokulasi pada Medium Nutrien Agar, kemudian setelah diinkubasi jumlah
mikroorganisme yang tumbuh dapat dihitung.
2.2.2 Mikroorganisme Air
(Akuatik)
Ekologi
mikroorganisme air merupakan hal yang paling utama yang mempengaruhi industry
farmasi. Hal ini disebabkan karena penggunaan air itu sendiri mulai dari proses
pencucian dan seterusnya sampai pendinginan. Hal-hal yang berhubungan dengan
kualitas air dalam industry farmasi tersebut adalah sebagai bahan mentah.
Beberapa proses menggunakan air dan system distribusi.
Jenis
mikroorganisme yang terdapat dalam air adalah Pseudomonas sp, Alculigenes sp dan Serratia sp. Beberapa bakteri
tidak membutuhkan nutrisi dan relative tumbuh pada suhu rendah. Bakteri-bakteri
yang berasal dari tanah erosi lumpur dan sampah tanaman dapat mencemari air ,
seperti Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, Klebstella aerogenes, dan Enterobacter cloacae. Kontaminan dari air buangan dengan adanya
bakteri Proteus sp. E. coli dan
beberapa Enterobacter, Streptococcus
faecalis dan Clostridium sp. Bakteri-bakteri
yang diperoleh dari sisa tanaman dan binatang yang telah mati dapat menhasilkan
kondisi yang buruk..
Uji
terhadap bahan industry yang mengandung air menunjukkan bahwa 98% telah
terkontaminasi oleh bakteri gram negative. Beberapa mikroorganisme yang
diisolasi dari hasil pengujian tersebut adalah Micrococcuc, Yeast, Kapang, dan Actinomyces.
Mikroorganisme
air dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, mereka menempati posisi
kunci dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi kehidupan
akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Mikroorganisme ini dapat
membantu berlangsungnya rantai reaksi biokimia yng mengatur daur ulang
unsur-unsur, seperti yang terjadi dalam tanah. Mikrobiologi akuatik menjadi
makin penting dengan adanya urbanisasi yang disertai makin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan air, pentingnya perairan alamiah sebagai reservoir
makanan utama, penyelidikan lepas pantai untuk mendapatkan minyakdan mineral,
didirikannya badan perlindungan keadaan lingkungan , serta
perkembangan-perkembangaan lainnya.
a. Perarian
Alamiah
Kelembapan
bumi berada dalam sirkulasi yang sinambung yaitu suatu proses yang dikenal
sebagai daur air atau daur hiddrologis. Istilah ini mengacu pada sirkulasi air dari
lautan dan air-akar pemukaan lain menuju atmosfir melalui evaporasi dan
traspirasi diikuti dengan presipitasi kembali ke bumi sebagai hujan batu es.
Perairan alamiah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Air
atmosfer, air yang terkandung didala awan dan dipresipitasikan sebagai hujan,
salju, atau hujan batu es.
2. Air
permukaan, kumpulan air seperti danau, sungai, kali, dan laut.
3. Air
di bawah permukaan tanah: air di bawah permukaan tanah di daerah yang
semula yang pori tanahnya serta ruang di
dalam dan di antara batu-baatuannya jenuh dengan air.
b. Mikroorganisme
di Perairan Alamiah
Mengingat
bahwa berbagai lingkungan perairan alamiah itu begitu berbedanya, maka tidaklah
mengherankan bila flira mikrobanya juga amat berbeda-beda. Flora mikroba di
perairan atmosfer banyak berasal dari udara. Sebenarnya udara dapat dikatakan”
tercuci” hujan sehingga partikel-partikel debu tempat melekatnya mikroorganisme
terakumulasikan di dalam perairan atmosfir.
Flora
mikroba perairan di bawah permukaan tanah dipengaruhi oleh proses penyaringan .
mikroorganisme tertahan oleh bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi
sebagai saringan (filter). Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang
berada jauh di bawah permukaan tanah bebas dari mikroorganisme. Mata air
terdiri dari air tanah yang mencapai permukaan melalui bagian bebatuan yang
retak atau pori tanah; sumber-sumber air semacam ini dapat mempunyai kualitas mikrobiologis
yang baik.
Perairan
permukaan , seperti danau, sungai, muara dan lautan, merupakan suatu ekosistem
mikrobiologis yang amat rumit. Peraian demikian lebih rentan tercemar terhadap
pencemaran berkala oleh mikroorganisme dari atmosfir, aliran air pada permukaan
tanah dan limbah domestic ataupun industry yang dibuang ke dalamnya. Perairan
permukaan amat bervariasi dalam hal kandungan nutrient yang tersedia bagi
mikroba yang terdapat di dalamnya.
Mikroorganisme merupakan komponen ekosistem yang
teramat
penting.
c. Penyebaran Mikroorganisme dalam Lingkungan
Akuatik
Mikroorganisme
dalam suatu lingkungan akuatik mungkin terdapat pada semua kedalaman,
berkisaran dari permukaan sampai ke dasar parit-parit yng paling dalam di dasar
lautan. Populasi tersebar mikroorganisme menghuni lapisan teratas dan sedimen
dasar , terutama di perairan dalam.
1. Plankton
(Fitoplankton dan Zooplankton)
Kumpulan organisme
hidup yang sebagian besar terdiri dari mikroorganisme, yang terapung dan hanyut
pada permukaan ekosistem akuatik dinamakan plankton. Populasi plankton terdiri
dari alga(fitoplankton), protozoa,hewan kecil(zooplankton), dan mikroorganime
lain. Mikroorganisme fototrofik dianggap sebagai plankton yang paling penting
karena merupakan produsen primer bahan organik; artinya pelaku fotosintesis.
Sebagian besar organisme planktonik dapat bergerak atau mengandung tetesan
minyak, atau memiliki struktur khusus yang memungkinkan mereka mengapung,
kesemua cirri ini membantu mikroorganisme tersebut untuk mempertahankan lakasinya
di zone fotosintetik yang berada di lapisan air paling atas.
2. Mikroorganisme
Bentik
Mikroorganisme bentik
merupakan penghuni suatu dasar perairan (lumpur tanah) dinamakan organism
bentik . daerah terkaya akan jumlah dan macam organisme pada sistem muara-laut
ialah daerah bentik, yang terbentuk dari pasang naik sampai suatu kedalaman di
tempat tanaman sudah jarang tumbuh. daerah dasar laut mengandung berjuta-juta
bakteri per gram.
Keadaan fisik dan
komponen-komponen kimiawi yang mencirikan daerah perairan di antara zone
planktonik dan bentik bervariasi sehingga tidak ada gunanya untuk mencoba
membuat gambaran umum.
d. Peranan
Mikroorganisme dalam Lingkungan Akuatik
Kehidupan
akuatik mempertunjukkan adanya interaksi yang amat rumit di antara
mikroorganisme, dan antara mikroorganisme dengan mikroorganisme lainnya, baik
tumbuhan maupun hewan. Mikroorganisme terutama alga memegang peranan penting
dalam rantai makanan lingkungan akuatik.
Produsen
primer dalam lingkungan akuatik adalah alga yang didominasi oleh fitoplankton.
Dengan fotosintesis, alga mampu mengubah energy cahaya menjadi energy
kimiawi(persenyawaan organik). Plankton terutama fitoplankton dianggap sebagai
“padang rumput di laut”. Ikan, ikan paus dan cumi-cumi secara langsung memakan
plangton atau hewan yang lebih besar pemakan plankton.
Istilah
kesuburan laut dipakai untuk menyatakan kemampuan organisme-organisme yang
terdapat didalamnya untuk menghasilkan bahan organic. Lingkungan darat
menghasilkan 1-10 gram bahan organic kering per meter persegi per hari,
sedangkan daerah-daerah lautan yang dalam, menghasilkan 0,5 gram. Bagaimanapun
juga, daerah laut jauh lebih luas daripada lahan yang produktif sehingga
perbedaan tersebut tidak penting karena pada akhirnya produktivitas total lautan jauh melebihi
produktivitas total lahan. Kesuburan ini terutama bergantung pada produksi
fitoplankton.
2.3 Perpindahan Mikroorganisme
1. Melalui Pekerja
Mikroorganisme
dapat berpindah kedalam preparat farmasi pada proses pengerjaan oleh para
pekerja. Hal tersebut tidak diinginkan pada sediaan tablet dan serbuk-serbuk
pada pembuatan larutan larutan dan suspense. Lebih-lebih pada sediaan parental.
Sebagai contoh adalah flora kulit seperti Staphylococcus
aureus yang pada umumnya terdapat pada tangan dan wajah, tiak keluar atau
tercuci pada saat dilakukan pencucian. Disamping itu juga terdapat bakteri lain
seperti Sarcina Sp. dipteroid kadang-kadang juga ditemukan bakteri gram
negative berbentuk batang seperti Mina
Sp. Penghuni tempat-tempat lembab. Keadaan yang lembab pada kulit yang
beminyak dan mengandung lapisan seperti lilin sering terdapat khamir lipofilik.
Bahaya
pemindahan mikroorganisme dari manusia ke sediaan farmasi, dapat dikurangi
dengan latihan yang kontinyu dari personalianya, serta dilakukan pengecekan
kesehatan yang teratur untuk mencegah adanya bakteri yang berasal dari kontak
dengan beberapa hasil jadi dari obat-obatan.
2. Peralatan
Tiap
bagian peralatan yang digunakan dalam pabrik atau pengemasan suatu sediaan
farmasi, pasti mempunyai sudut-sudut tertentu dimana mikroorganisme dapat
berkembang biak dan secara berkala dilakukan pengujian.
Hal-hal
yang perlu dilakukan yang berhubungan dengan peralatan di pabrik sesuai petunjuk
umum untuk mengurangi resiko pembentukan koloni mikroorganisme antara lain:
a. Seluruh
peralatan harus mudah dibuka dan dibersihkan
b. Seluruh
permukaan yang berhubungan langsung dengan sediaan harus licin atau rata dan
sambungan-sambungan yang mengelilinginya atau terletak miring, harus selalu dibersihkan dengan zat
anti mikroba yang cocok untuk menghindari terjadinya pertumbuhan organism.
c. Semua
system alat harus dapat menunjag dari produk terhindar dari pencemaran dan
kerusakan.
3. Bahan
yang digunakan
Pengemasan
bahan mempunyai peran ganda, keduanya mempunyai tujuan untuk mengisi hasil
olahan dan melindungi masuknya mikroorgaisme atau air yang dapat merusak produk
tersebut, oleh karena itu sumber pencemaran tersebut diusahakan jangan ikut
dalam kemasan . mikroflora pada pengemasan bahan-bahan adalah tergantung dari
komposisi dan kondisi penyimpanan. Hal ini perlu mendapat pertimbangan perlu
tidaknya tindakan sterilisasi.
Baik
gelas maupun plastic sebagai bahan pengemasan masih dapat membawa berbagai
jenismikroflora, hanya saja bahwa kemasan plastik jumlah mikrofloranya lebih
sedikit,tetapi kemungkinannya masih mengandung sejumlah spora mikroorganisme.
Bahan-bahan
pengemasan yang halus, kedap air, bebas dari retakan dan celah seperti selulosa
aseta, polytetraethylen, polyprophylen, kertas perak dan pelapis, semuanya
memiliki jumlah mikroorganisme yang rendah pada permukaannya.
Pengemasan
sediaan injeksi dan obat mata yang dibuat dengan cara aseptis yaitu tidak
dilakukan sterilisasi akhir, perlu dijaga selama proses pembuatannya.
Sterilisasi udara kering dengan menggunakan suhu 160-170 0
C digunakan untuk
vial-vial dan ampul-ampul. Pengisian penutupan juga dapat dibebas hamakan
dengan menggunakan uap panas.
4. Perlindungan
Pakaian
Ruangan untuk pembuatan
sediaan-sediaan injeksi dan sediaan mata dan telinga biasanya dirancang khusus
yang memiliki fasilitas pembersihan dengan kran-kran untuk mencuci kaki atau
anggota badan lainnya, dan pekerja, sabun-sabun antiseptik dan pengering tangan
dengan udara panas yang dilakukan sebelum memasuki ruangan oleh para pekerja
pada setiap proses pengerjaan. Dalam pabrikasi terhadap beberapa
produk harus menggunakan pakaian pelindung steril termasuk gowns,
celana panjang, sepatu, penutup kepala, masker wajah serta sarung tangan.
Untuk memproduksi sediaan oral dan
topikal, para pekerja atau staf harus membersihkan tangannya sebelum memasuki
ruangan produksi. Keperluan akan pakaian pelindung biasanya dibuat dari
bahan yang lembut dan bersih termasuk penutup kepala, sarung tangan dan
masker wajah.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ekologi
mikroorganime merupakan studi tentang mikroorganisme dilingkungan alamiahnya. Kualitas
mikrobiologi dari suatu produk-produk farmasi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dimana produk-produk farmasi tersebut dibuat dan juga bahan-bahan
yang digunakan dalam pembutannya, keculai sediaan yang telah disterilkan pada
pengisian terakhir. Cara perpindahan mikroorganisme di dalam industry farmasi
dapat melalui pekerja, peralata, bahan yang digunakan, dan perlindungan
pakaian.
3.2
Saran
Sebagai
seorang farmasis sebaiknya kita lebih memperhatikan produk-produk yang di olah
oleh industry farmasi itu sendiri, untuk meminimalisirkan infeksi yang akan
terjadi di masyarakat dan lebih mendalami mengenai peranan mikroorganisme di
dalam industry farmasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Agriyani,
2003/2004, Mikrobiologi Farmasi.
Edi Atmawinata, Drh. 2006. Mikrobiologi Industri.
Penerbit Yrama
Natsir,
M. Djide. dan Sartini.,2007, Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UNHAS. Makassar
Natsir,
M. Djide. dan Sartini., 2010, Mikrobiologi
Klinik. UNHAS. Makassar
Pelczar, M.J.,
1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1,
(tejemahan oleh Hadioetomo, R.S., dkk).
Mc Graw-Hill Book Compani
Siti Laila dan
Bagod Sudjadi,2007. Biologi SMA.Penerbit
Yudhistira. Bandung