MAKALAH
FILSAFAT ILMU DAN ETIKA AKADEMIKA
SEJARAH
FARMASI
Disusun oleh :
ZULVA ARRASYIED
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Sejarah Farmasi 3
1.2 Perkembangan Farmasi 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Obat merupakan salah
satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Di era ini setiap orang dapat dengan mudah
memperoleh obat yang dibutuhkan dengan cara membeli di apotek-apotek terdekat.
Bahkan obat juga dapat dengan mudah dibeli di warung-warung pinggir jalan.
Begitu mudahnya manusia
memperoleh ramuan yang dapat membantu memulihkan kesehatan dalam waktu yang
relative singkat. Tidak dapat dibayangkan dahulu untuk mencari obat tidaklah
semudah seperti saat ini. Seseorang harus berkutat dengan berbagai macam ramuan
yang diyakini dapat menyembuhkan suatu penyakit tanpa ada kejelasan tentang
kandungan apa saja yang ada didalam ramuan tersebut.
Pada awalnya semua ilmu
pengobatan berawal dari coba-coba. Apabila suatu ramuan berhasil menyembuhkan
suatu penyakit, maka ramuan tersebjut akan digunakan seterusnya secara
turun-temurun untuk menyembuhkan penyakit yang sama. Hal inilah yang mendasari
lahirnya ilmu tentang pengobatan.
Perkembangan ilmu
pengetahuan telah membawa banyak perubahan disegala aspek kehidupan. Tidak
terkecuali ilmu pengobatan. Selama berabad-abad lamanya, setelah ditemukannya
teknologi-teknologi yang dapat membantu manusia dalam melakukan berbagai
penelitian, pengobatan pun turut mengalami kemajuan. Obat yang pada awalnya
hanya diproduksi terbatas dan terkadang hanya terdapat di daerah tertentu kini
dapat dimanfaatkan dan dikonsumsi secara universal. Hal ini salah satunya
merupakan dampak karena adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Oleh karena
itu, penulis membuat makalah berjudul “Sejarah Farmasi” yang akan membahas
sejarah dunia pengobatan atau sejarah dari farmasi serta perkembangannya hingga
saat ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana sejarah awal mula ilmu
kefarmasian ?
1.2.2
Bagaimana perkembangan ilmu farmasi
hingga saat ini ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui sejarah awal mula ilmu
kefarmasian
1.3.2
Untuk mengetahui perkembangan ilmu
farmasi hingga saat ini
1.4
Manfaat
1.4.1
Dapat mengetahui sejarah awal mula ilmu
kefarmasian
1.4.2
Dapat mengetahui perkembangan ilmu
farmasi hingga saat ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
AWAL MULA FARMASI
Farmasi berasal dari kata
“PHARMACON” yang berarti obat atau racun. Sedangkan pengertian farmasi adalah
suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang
penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan
distribusi obat.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari
para tabib dan pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah,
Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki
oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di negara Cina, para tabib mendapatkan
ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu gambaran “ilmu farmasi” kuno di
Cina.
Sedangkan di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai
tabib adalah pendeta. Dalam legenda kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan
menugaskan Hygieia untuk meracik campuran obat yang ia buat. Oleh mmasyarakat
Yunani, Hygiea disebut sebagai apoteker
(Inggris : apothecary). Sedangkan di Mesir, praktek farmasi dibagi dalam dua
pekerjaan, yaitu : Yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja di kuil
menyiapkan racikan obat.
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis di Cina
sekitar 2735 SM. Para pengguna
awal Cina dikenal pada materia medica adalah Shennong Bencao Jing (Herb-Akar
Klasik Petani Divine), datang kembali ke abad 1. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan selama dinasti Han dan dikaitkan dengan mitos Shennong . Literatur sebelumnya termasuk daftar resep untuk
penyakit tertentu, dicontohkan oleh "Resep untuk 52 Penyakit"
manuskrip, ditemukan di makam Mawangdui, disegel di 168 SM.
Dioscorides, De Materia Medica , Byzantium, abad ke-15
Kemudian
sekitar tahun 400 SM berdirilah sekolah kedokteran di Yunani. Salah seorang
muridnya adalah Hipocrates yang menempatkan profesi tabib pada tataran etik
yang tinggi. Ilmu farmasi secara perlahan berkembang.
Dokter dan apoteker, ilustrasi dari Medicinarius (1505) oleh Hieronymus Brunschwig .
Di dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi
yang dikembangkan oleh para ilmuawan Arab menyebar luas sampai ke Eropa. Pada
masa ini sudah mulai dibedakan peran antara seorang herbalist dengan kedokteran
terjadi pada tahun 1240 ketika Kaisar Frederick II dari Roma melakukan
pemisahan tersebut. Maklumat yang dikeluarkan tentang pemisahan tersebut
menyebutkan bahwa masing-masing ahli ilmu mempunyai keinsyafan, standar etik,
pengetahuan, dan keterampilan sendiri-sendiri yang berbeda dengan ilmu lainnya.
Dengan keluarnya maklumat kaisar ini, maka mulailah sejarah baru perkembangan
ilmu farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka
lambang Ilmu Farmasi dan Kedokteran Berbeda. Ilmu Farmasi memakai lambang cawan
dililit ular sedangkan kedokteran tongkat dililit ular.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian
menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa
Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di Philadelphia, Amerika
Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia College
of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan
bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau
keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali
organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris,
organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The
Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat
menyusul 11 tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical Association”.
Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama
“Federation International Pharmaceutical”.
Sejarah
industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara
menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom
ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan
nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi
modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca
Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan
obat-obatan secara massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi
serta antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia
farmasi terus berkembang dengan didukung oleh berbagai penemuan di bidang
lain, misalnya penggunaan bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir
dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut,
memang Amerika Serikat dan Jerman (karena di sanalah industri obat pertama
berdiri).
Perkembangan farmasi boleh dibilang
dimulai ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada tahun 1896. Kemudian,
terus berjalan sampai sekitar tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor produk
farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-perusahaan lokal pun bermunculan,
tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Biofarma, dan lainnya. Di dunia pendidikan
sendiri, sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga dibuka di berbagai kota.
2.1 PERKEMBANGAN FARMASI
Melihat dunia kefarmasian dari sudut pandang sejarah mungkin
termasuk sesuatu yang langka di Indonesia, tak terkecuali di kalangan para
farmasis sendiri. Padahal,sejarah merupakan salah satu instrumen yang digunakan
untuk merumuskan rencana masa depan yang lebih baik. Berikut ini perkembangan
dunia farmasi mulai dari zaman pra sejarah.
1.
Zaman Prasejarah
Farmasi
telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski
dalam bentuk yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan
menggunakan insting dan observasi terhadap burung-burung dan hewan-hewan
buas. Mereka juga
memanfaatkan air dingin, daun, kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai
usaha yang
bersifat coba-coba, manusia purba mempelajari berbagai hal untuk
menolong
sesamanya. Dalam waktu singkat, mereka dapat menggunakan pengetahuannya
dan
bermanfaat bagi orang lain. Meskipun menggunakan metode yang masih
kasar,
beberapa obat masa kini berasal dari sumber-sumber yang telah digunakan
oleh
nenek moyang kita tersebut.
2.
Farmasi pada Masa
Babylonia Kuno
Babylon, permata bagi Mesopotamia kuno, sering disebut juga
sebagai tempat munculnya peradaban manusia, adalah yang pertama menemukan dan
melaksanakan praktek peracikan obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar
2600 SM) melaksanakan tiga peran berbeda secara bersamaan sebagai agamawan,
dokter, dan apoteker. Naskah-naskah medik ditulis di atas tablet tablet tanah
liat yang berisikan gejala-gejala penyakit, resep dan cara peracikan obat, dan
juga doa-doa. Orang-orang babylon telah berhasil menemukan hal-hal penting
dalam upaya penyembuhan penyakit yang pada masa sekarang dikenal dengan
farmasetik modern, ilmu kedokteran, serta kegiatan-kegiatan spiritual.
3.
Farmasi pada Masa Cina
Kuno
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh
Shen Nung (sekitar 2000 SM). Seorang kepala suku yang telah mencari dan
menginvestigasi khasiat obat dari ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan
beberapa herbal tersebut terhadap dirinya sendiri, serta menulis Pen T-Sao
pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan 365 jenis
obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang cina asli penghasil obat
sebagai wujud perlindungan Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara menakjubkan menguji
beberapa herbal, kulit kayu, dan akar yang diperoleh dari ladang, rawa-rawa,
dan hutan yang masih dikenal dalam bidang kefarmasian hingga kini. Menggunakan
background “Pa Kua”, suatu simbol matematis dari penciptaan dan kehidupan.
Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen Nung antara lain podophyllum,
rhubarb, ginseng, stramonium, kulit kayu cinnamon, dan jugaseperti yang berada
di tangan bocah pada gambar, ma huang, atau disebut juga ephedra.
Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM
dan mereka juga diketahui memiliki catatan formula obat fenomenal, Papyrus
Ebers, yang dibuat sejak 1500 SM. Papyrus Ebers tersebut memuat sekitar 800
formula dan 700 macam obat-obatan. Pusat farmasi di Negara Mesir kuno
diselenggarakan oleh dua orang pejabat negara yang bertindak sebagai Ahli
Farmasi di suatu ruangan yang disebut sebagai “Rumah Kehidupan”. Dengan seting
kira-kira seperti gambar ini, Papyrus Ebers didiktekan oleh seorang ahli
farmasi mengenai prosedur formulasi yang sedang dikerjakan.
5.
Bapak
Botani: Theophrastus
Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno
ternama yang dikenal sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam dan
disebut-sebut sebagai Bapak Botani. Berbagai observasi dan pengamatan yang
dilakukannya mengenai medis dan herba merupakan suatu pencerahan bagi pemahaman
manusia. Beliau bertindak sebagai pengajar bagi sekumpulan siswa yang mempunyai
minat yang sama dengannya. Di dalam gambar ini Beliau memperagakan tanaman
Belladonna, dan di belakangnya terletak bunga pomegranate, senna, dan juga
manuskrip-manuskrip perkamen. Siswa juga terlihat menggunakan papan gading yang
dilapisi madu warna sebagai alat tulis.
6.
Sang Toksikolog:
Mithridates VI
Mithridates
VI adalah seorang raja negeri Pontus (sekitar 100 SM) yang
senantiasabertempurmelawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah ilmuan
toksikologi yang menemukan tidak hanya tentang berbagai jenis racun,
namun juga
bagaimana mencegah dan mengobati efek racun. Mithridates VI tanpa banyak
pertimbangan menggunakan tubuhnya sendiri dan juga tubuh para tahanan
sebagai
"kelinci percobaan" dalam mengujicoba berbagai racun dan antiracun.
tampak dalam gambar, di belakang Mithridates terletak rhizotomists,
offering fresh,
flowering aconite, ginger,dan gentian. Dan di kanan bawah gambar
terletak dua
buah wadah biang sampanye. formulayang diramu Mithridates yang paling
terkenal
adalah suatu panantidotal yang populer digunakan selama kurang lebih
seribu
tahun yang dikenal dengan Mithridatum.
7. Terra Silgillata: Merek
Obat Pertama
Orang-orang masa lampau telah
mempelajari manfaat dari merek dagang yang merupakan identitas suatu barang
yang digunakan untuk meraih konsumen. salah satu therapeutic agent yang memakai
merek dagang adalah Terra Sigillata (cap Bumi), suatu tablet tanah liat yang
berasal dari pulau Mediteranean di Lemnos sebelum tahun 500 SM. setiap tahunnya
tanah liat digali di terowongan Lemnian dihadiri oleh pemerintah dan
pendeta-pendeta. tanah liat dicuci, disuling, dan digulung dengan ketebalan
tertentu, tanah liat itu dibentuk seperti pastilles dan diberi cap oleh para
pendeta wanita, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Lalu tablet-tablet
itu didistribusikan secara komersial.
7. Dioscorides
Dengan adanya berbagai pencapaian dalam dunia ilmu pengetahuan
serta perkembangan yang memotivasi
banyak orang melakukan observasi atau studi intensif oleh para saintis,
penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan perdagangan dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pedanios Dioscorides (abad pertama
masehi), adalah saintis yang telah berkontribusi dalam bidang kefarmasian.
Untuk mempelajari Materia Medica, Beliau melakukan kerjasama dengan tentara
romawi di seluruh dunia. Dia mencatat hasil-hasil observasi, menyampaikan
tentang cara yang baik dalam mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan
obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah dilakukannya terus digunakan sampai
pada abad keenam.
8.
Galen
Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih
sangat dihormati oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-200
M)merupakan pakar praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran di Roma.
metode yang diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik obat telah digunakan di
dunia barat selama 1500 tahun, dan namanya sendiri telah diasosiasikan dengan
metode peracikannya yang dikenal dengan galenika. Beliau adalah penemu dari
formula krim dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita
kenal sekarang. banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan
di laboratorium peracikan modern masa kini.
9.
Damian dan Cosmas
Identiknya dua professional kesehatan, farmasi dan kedokteran,
digam-barkan secara menarik oleh pasangan kembar, Damian (Farmasis) dan Cosmas
(Dokter). Pasangan tersebut merupakan keturunan arab yang beragama nasrani.
Mereka memasukkan unsur religius dalam pengetahuan mereka untuk membantu
pasien. Karir mereka berahir pada tahun 303 M secara martir dan selama
berabad-abad makam mereka di Kota Syiria (Cyprus) dianggap suci. Mereka
termasuk dari deretan saintis penting yang menyokong kefarmasian dan
kedokteran.
10. Hipocrates
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang
mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang
menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik
formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian
tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan
secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two
Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar
ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya
industri-industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang
industri obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat (=apotek). Dalam hal ini
keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada
apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi
agar mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan
kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi
pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam
melaksanakan tugas profesinya.
Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum
merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science)
sehingga lulusan S1-nya pun bukandisebut Sarjana Farmasi melainkan Sarjana
Sains.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan
untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi,
(yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan
obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang
menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan,
pengendalian, distribusi dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”,
menyatakan bahwa :
1. Pharmacist lah yang memegang
peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional. Membanu
melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar,
membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik
dengan atau tanpa resep dokter.
2. Pharmacist lah yang sangat handal
dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat yang memiliki
kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang
obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang
berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang
meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan
obat dan penulisan resep yang irrasional. Sedangkan Herfindal dalam bukunya
“Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus
memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi
obat.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru
dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian
dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi
farmasi berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward
Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional
lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker.
Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan
informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan
informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan
dikatakan bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif dari
industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang
membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.
Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah
akarnya semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker
diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi
masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau
dimanapun apoteker berada.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2.1. Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan
pengobatan tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil,
Cina, dan Wilayah Asia lainnya
3.2.2. Perkembangan
farmasi diantaranya Zaman Prasejarah, Farmasi pada Masa Babylonia Kuno, Farmasi
pada Masa Cina Kuno, Papyrus Ebers, Bapak Botani: Theophrastus, Sang Toksikolog: Mithridates
VI, Terra
Silgillata: Merek Obat Pertama, Dioscorides, Galen, Damian dan Cosmas, Hipocrates, dan perkembangan terakhir
adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care”.
DAFTAR
PUSTAKA
http://dheelis.wordpress.com/2012/04/30/sejarah-farmasi/ (diakses tanggal 23 September 2012)
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_pharmacy (diakses tanggal 23 September 2012)